Rabu, 11 Juli 2012

Scabies / Kudis (Laajaroma)

Kudis atau Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi hama anthropod (mite) Sarcoptes scabiei (tungau) yang dicirikan dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada kulit. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan yang berkepanjangan ke mereka yang mengidap scabies ini. Scabies (berasal dari bahasa Latin Scabere = menggaruk) adalah penyakit infeksi kulit menular yang diakibatkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau). Penyakit ini mempunyai beberapa sinonim yaitu the itch, kudis, gudik, budukan, gatal agogo dan gatal ampere, dalam bahasa pondok disebut Laajaroma. Sarcoptes scabiei ditemukan oleh seorang ahli Italia Diacinto Cestoni (1637–1718). Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk hampir bulat (oval), punggungnya cembung dan bagian perutnya rata, dengan 8 kaki pendek, pipih, berukuran (300–600 μ) x (250-400 μ) pada betina, dan (200- 240 μ) x (150-200 μ) pada jantan, biasanya hidup di lapisan epidermis. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Permukaan dorsal dari tungau ini ditutupi oleh lipatan dan lekukan terutama bentuk garis melintang sehingga menghasilkan sejumlah skala segitiga kecil. Selain itu, pada betina terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4 sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada pasangan kaki ke-3 Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit. Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari • Proses Penyakit Adapun proses penyakit kudis yaitu sebagai berikut: • Infeksi dari penyakit ini diawali dengan tungau betina atau nimfa stadium kedua yang secara aktif membuat terowongan di epidermis atau lapisan tanduk. Pada terowongan tersebut diletakkan 2-3 butir telur setiap hari. • Telur menetas dalam 2-4 hari yang kemudian menjadi larva yang berkaki 6. • Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nimfa stadium pertama kemudian berkembang menjadi nimfa stadium kedua, yang berkaki 8. * Nymfa ini menjadi tungau betina muda, yang siap kawin dengan tungau jantan • Tungau berkembang menjadi tungau dewasa dalam 2-4 hari. Untuk menyelesaikan daur hidup dari telur sampai bertelur lagi diperlukan waktu 10-14 hari. Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau dewasa kurang lebih 17 hari. Tungau betina yang tinggal di sebuah kantong ujung terowongan, setelah 4-5 hari setelah kopulasi, akan bertelur lagi sampai berumur lebih kurang 3-4 minggu. Organ utama yang terlibat adalah kulit di mana hama scabies betina akan masuk ke dalam kulit dan meninggalkan bahan-bahan buangannya (debris), telur dan najis hama ini. Keadaan ini meyebabkan reaksi alergi terjadi dan meyebabkan efek gatal-gatal dan reaksi imunologi pada kulit. Scabies betina ini dapat megeluarkan sebanyak 90 telur sepanjang hidupnya sekitar 30 hari. Setelah 3-4 hari telur ni akan menetas dan larva akan menjadi scabies dewasa dalam periode 2 minggu dan siklus ini akan berulang kembali Daerah Kulit Yang Terkena Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab atau hangat, sehingga ia sangat suka lipatan kulit pada orang dewasa. Daerah kulit yang sering terkena antara lain lipatan tangan dan kaki, pergelangan tangan, siku, pantat, daerah sekitar kelamin, dan lipatan payudara pada wanita. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. Gejala dan Tanda Gejala klinis yang ditimbulkan adalah gatal-gatal terutama pada malam hari sehingga dapat menganggu ketenangan tidur. Gatal-gatal ini disebabkan desensitisasi terhadap sekret tungau, jadi merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau. Gejala timbul satu bulan setelah terkena tungau dan didahului timbulnya bintik-bintik merah. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. Efek utama pada anak yang terkena scabies adalah gatal pada badan terutama pada waktu malam. Efek pada kulit seperti bintik-bintik kecil berair (vesicles), efek truk scabies dalam kulit (burrowing) dan efek megelupas jelas ada di celah-celah jari tangan atau kaki. Efek sebegini juga sering terdapat pada pusat, ketiak dan juga pada anggota sulit. Ada empat tanda penting sebagai petunjuk Scabies yaitu: - Pruritus nokturna, artinya gatal terutama pada malam hari. Ini disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada malam hari - Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Contohnya seluruh anggota keluarga terkena infeksi, atau perkampungan yang padat, dapat juga mengenai anak-anak di asrama, sekolah atau pesantren. - Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel (bintil kecil). - Menemukan tungau..!! Ini adalah hal yang paling diagnostik, jadi bila dapat ditemukan maka dapat dipastikan menderita penyakit ini. Gejala yang khas pada kudis adalah liang pada permukaan kulit, gatal, dan kemerahan dan biasanya ada infeksi sekunder, misalnya akibat bakteri. Pada bayi, gejala yang khas yaitu adanya bisul pada telapak kaki dan telapak tangan. Diagnosa Untuk mendiagnosa kudis ini dilakukan melalui kerokan kulit pada keropeng sampai keluar darah dengan menggunakan skalpel. Hasil kerokan kulit itu diberi beberapa tetes KOH 10% agar tungau terpisah dari reruntuhan jaringan kulit yang terbawa tersebut. Setelah itu campuran tersebut diperiksa di bawah mikroskop [6] Pencegahan Tidak ada vaksin untuk kudis sehingga pencegahan harus dilakukan melalui menghindari infeksi [2]. Seluruh pihak yang berada dekat dengan penderita perlu diobati pada waktu bersamaan, walaupun belum ada gejala. Pakaian, handuk, seprai dan barang-barang yang bersentuhan dengan kulit sebaiknya dicuci dan disetrika untuk mencegah penularan. Penularan Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Scabies ditularkan melalui kontak fisik yang erat serta penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Pengobatan Pengobatan ditujukan pada pemberantasan kutu Sarcoptes scabiei dan mengurangi keluhan gatal serta penyulit yang timbul karena garukan, yaitu dengan salep anti scabies. Perlakuannya adalah dengan memberikan obat sapu (untuk membunuh scabies dewasa, larva dan telur) di seluruh anggota badan (leher ke bawah) yang perlu disapu pada waktu malam untuk 3 malam berturut-turut dan dibiarkan sampai esok pagi baru dicuci. Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll) akibat garukan. Pengobatan harus dilakukan serempak pada semua orang yang tinggal serumah. Kemudian cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya) dengan air panas mendidih untuk membunuh scabies, larva atau telur yang melekat pada pakaian tersebut atau dapat juga disetrika, mandi teratur dengan sabun, jangan memakai handuk atau pakaian bersama-sama. Referensi http://id.wikipedia.org/wiki/Kudis http://medicalera.com/info_answer.php?thread=11512 http://www.obatherbalalami.com/2011/05/penyakit-kudis-scabies.html

Minggu, 17 Mei 2009

KONSEP DASAR PELATIHAN CONDITIONING DALAM OLAHRAGA

Oleh : JUSAK SYARANAMUAL
Universitas Patimura Ambon

Abstrak:
Program pengkondisian dalam olahraga merupakan kegiatan pelatihan dalam membentuk fisik sebagai dasar untuk menunjang pencapaian prestasi disetiap cabang olahraga yang dilatihkan. Program pengkondisian merupakan suatu program yang dilaksanakan pada masa persiapan umum dan khusus yang tujuannya selain untuk membentuk fisik dasar, juga untuk mengatasi cedera pada saat berlatih ataupun dalam masa pelatihan.

Program pengkondisian meliputi kekuatan, daya tahan, kelentukan kelincahan dan kesimbangan. Dalam program pengkondisian ini seorang pelatih dituntut untuk menguasai struktur otot yang dominan dalam cabang tersebut, menguasai tipe otot dari semua atlet yang dilatihnya, metode melatih yang tepat sesuai dengan tujuan pelatihan, dan alat-alat apa saja yang tepat untuk melatih berdasarkan tujuan pelatihan. Program pengkondisian menuntut pelatih harus memahami perubahan biokimia dan mikroskopok akibat dari program pengkondisian serta sistem energi yang tejadi pada waktu program pengkondisian dilakukan, serta prinsip-prinsip umum dalam program pengkondisian tersebut dengan maksud agar dalam proses melatih, atlet tersebut dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, pencapaian prestasi dapat terpenuhi, namun yang terpenting adalah tidak terjadi cidera yang fatal pada saat proses pelatihan berlangsung.

Kata Kunci : Konsep dasar, Pelatihan conditioning

Atlet yang turut serta dalam sebuah pelatihan yang baik dan berdasarkan keilmuan dalam olahraga, serta berdasarkan program pengkondisian dalam olahraga, semestinya bisa mendapatkan empat keuntungan sebagai berikut:
  1. meningkatkan penampilan olahraga
  2. mengurangi resiko cedera
  3. mengurangi dengan tegas kejadian cedera
  4. mempercepat penyembuhan dan mengembalikan aktifitas setelah cedera
Saat ini belum ada kepastian yang sah bahwa peningkatan macam-macam
komponen dari program pengkondisian atau kebugaran menawarkan para atlet dalam pengurangan resiko cedera walaupun sudah disarankan oleh banyak pendapat yang secara teori bermanfaat untuk pencegahan dari pra keikutsertaan program pengkondisian olahraga. Untuk mencegah cedera pada tingkat yang paling kecil dan mengembalikannya, para atlet harus mengimbangi aktifitas normal mereka dengan latihan.

Untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan otot-otot yang kemudian akan menghasilkan keterpautan lingkup ini dari cedera, berikut ini adalah orang-orang yang mempunyai pemikiran yang mempengaruhi program pengkondisian jasmani:

Rasch berpendapat, atlit yang dalam kondisi keletihan kurang efisien dan reaksi yang rendah meskipun untuk mengatasi situasi yang dapat mengakibatkan cedera.

Thorndike berpendapat latihan-latihan untuk memperkuat enkel dan lutut dapat mengurangi cedera pada area tersebut.

Adam berpendapat kebiasaan berlatih dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam memperkuat sekitar ligamen lutut dan untuk mencegah cedera pada lutut.

Falls et al berpendapat meningkatkan keahlian pergerakan penting dalam mencegah cedera.

Kraus berpendapat ketika pengkondisian secara umum merupakan faktor utama dalam pencegahan cedera para atlet juga penting dalam pencegahan pra-cedera.

Cahlil dan Griffith berpendapat sebuah pra musim pengkondisian program jasmani secara umum menghasilkan lebih sedikit beberapa cedera lutut.

Pembahasan Program Conditioning

Pengkondisian jasmani atau olahraga dapat diklasifikasikan dalam berbagai macam cara.

Tabel 2.1 memberikan komponen pengkondisian program jasmani. Secara spesifik, pengertian masing-masing dan penerapan-penerapan komponen guna pencegahan cedera.

Nah.... naskah lebih lanjut dapat di klik di attachment